TUGAS PRAKTIKUM
Membuat Blog dan Critical Thinking
Disusun Oleh :
Nama : Vena Paramita Djunaidy
Angkatan : 2016
NIM : 1611111120031
Dosen Pembimbing :
drg. Bayu Indra Sukmana, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kedokteran gigi saat ini sudah mengalami
kemajuan perkembangan yang baik pada segala bidang. Salah satunya pada bidang Radiologi. Perkembangan Radiologi dimulai dengan adanya penemuan sinar
Roentgen oleh Wilhelm Conrad Roentgen, seorang ahli fisika di Universitas
Wurzburg, Jerman, pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar
katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari
krostal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri
listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru
sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam
minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang
disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar
tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen. (
Rasad, 2009)
Radiografi sebagai salah satu disiplin ilmu dalam kedokteran gigi memiliki
peran yang makin lama makin penting seiring dengan perkembangan dan kemajuan
teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi telah demikian
pesatnya sehingga dapat mempermudah dokter gigi dalam menegakkan diagnosis dan
melakukan perawatan yang tepat sesuai dengan indikasi dari kasus (Walton,
2008).
Radiografi dental merupakan
sarana pemeriksaan untuk melihat manifestasi oral di rongga mulut yang tidak
dapat dilihat dari pemeriksaan klinis namun dapat dengan jelas terlihat
gambaran seperti perluasaan dari penyakit periodontal, karies pada gigi serta
kelainan patologis rongga mulut lainnya. Radiografi dental menjadi pedoman
untuk memaksimalkan hasil dari diagnosis yang terlihat dari interpretasi gambar
(White S.C dan Pharoah M.J, 2009). Dari segi prakteknya, pemeriksaan
radiografi dental dapat dilakukan dengan proyeksi-proyeksi intra oral ataupun
ekstra oral, tergantung kebutuhannya. (Supriyadi, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari radiografi?
2. Apa saja kriteria radiografi?
3. Apa saja teknik radiografi dalam
kedokteran gigi?
4. Apa saja prinsip umum interpretasi
radiograf kedokteran gigi?
5. Apa saja efek samping dari radiasi ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari radiografi.
2. Menjelaskan kriteria radiografi.
3. Menjelaskan teknik radiografi dalam
kedokteran gigi.
4. Menjelaskan prinsip umum interpretasi
radiograf kedokteran gigi.
5. Menjelaskan efek samping dari
radiasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Radiografi
Radiografi adalah pembentukan gambar pada emulsi fotografik sebagai hasil
dari aksi radiasi ionisasi (Ireland, 2015)
2.2 Kriteria
radiografi
Semua pemeriksaan Radiografi harus menghasilkan gambar radiografi yang
optimal untuk mendukung kualitas diagnosis, adapun kriteria yang biasa dilihat
adalah sebagai berikut (Margono, 2013) :
1. Gambaran
Radiografi harus memperlihatkan secara menyeluruh. Dalam kasus ini radiorafi
intraoral periapikal, memperlihatkan panjang akar gigi secara keseluruhan dan
paling tidak 2 mm dari apikal tulang yang harus terlihat. Ini dapat menjadi
bukti dari kondisi patologis yang akan timbul, seluruh daerah lesi ditambah
daerah normal disekitarnya akan terlihat dalam suatu radiogram.
2. Penempatan
film dan tabung harus diperhatikan agar hasil radiografi atau gambaran
radiografi tidak mengalami distorsi. Kebanyakan distorsi disebabkan oleh
kesalahan dari angulasi penempatan film. Posisi film yang tepat dapat
memberikan hasil gambaran diagnostik yang maksimal.
3. Radiografi
harus mempunyai kontras yang optimal untuk memudahkan dalam penentuan
interpretasi.
Ketika melakukan evaluasi radiografi yang harus dipertimbangkan adalah
alasan awal untuk melakukan pemeriksaan Radiografi. Pengambilan gambar secara
radiografis harus dilakukan secara berulang apabila terdapat perbedaan dari
informasi yang diperoleh sebe lumnya. Namun, jika informasi atau hasil 6 dari
gambaran radiografi sesuai dengan informasi yang diperoleh sebelumnya, maka
tidak perlu dilakukan pengambilan ulang gambar. ( Ezpelata dkk, 2013)
2.3. Teknik Radiografi
2.3.1 Teknik Radiografi Intra-oral
Teknik radiografi intra-oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar
secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk
mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan
kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra-oral
yaitu: pemeriksaan proyeksi periapikal, interproksimal, dan
oklusal (Whaites, 2007).
a) Radiograf Periapikal
Radiograf periapikal adalah radiograf
intraoral yang menunjukkan mahkota dan akar dari satu atau beberapa gigi
termasuk jaringan periapeks dan mempunyai manfaat diagnostik dalam terapi
endodontik dan dalam mendeteksi patologi periapeks (Ireland, 2015). Pada
radiografi periapikal, terdapat dua teknik proyeksi yang biasa dapat digunakan,
yaitu teknik paralleling dan teknik bisecting.
- · Teknik Paralleling (teknik kesejajaran)
Merupakan metode pengambilan radiograf intraoral dengan film dipegang pada
pemegang film, sejajar terhadap gigi dan pancaran sinar-X diarahkan 90 derajat
terhadap gigi dan film. Diperlukan jarak fokus ke kulit 20cm untuk memastikan
bahwa pancaran sinar-X sejajar bukannya divergen. Radiograf ini menghasilkan
distorsi geometrik yang lebih kecil dibandingkan teknik sudut bagi bisecting dan
memungkinkan digunakannya kolimasi rectangular. (Ireland, 2015).
- · Teknik Bisecting (teknik sudut bagi)
Merupakan metode membuat radiograf periapeks sedemikian rupa sehingga
tabung sinar-X diletakkan 90 derajat terhadap garis yang membagi sudut antara
sumbu panjang gigi dan film periapeks. Metode ini dirancang untuk mengurangi
distorsi pada gambar radiografi. Idealnya, hanya digunakan jika teknik
kesejajaran (paralleling) tidak mungkin dibuat. (Ireland, 2015).
Keuntungan Teknik Biseksi (Ghom, 2008) :
Keuntungan yang dapat diperoleh dari teknik biseksi yaitu, relatif nyaman
untuk pasien, karena tidak ada alat tambahan lain kecuali film. Untuk penentuan
posisi relatif lebih sederhana dan cepat. Bila penentuan sudut horizontal dan
vertikalnya benar, gambaran radiografis yang dihasilkan akan sama besar dengan
yang sebenarnya dan memadai untuk hampir semua indikasi pemotretan. Tidak perlu
sterilisasi khusus, karena tidak menggunakan alat bantu tambahan.
Kerugian Teknik Biseksi (Ghom, 2008) :
1. kemungkinan distorsi pada gambaran radiografis
yang dihasilkan sangat besar.
2. Kesalahan sudut vertikal mengakibatkan
pemanjangan atau pemendekan gambar.
3. Tinggi tulang periodontal, tidak dapat dilihat
dan dinilai dengan baik.
4. Bayangan tulang zygomatik sering tampak menutupi
region akar gigi molar.
5. Sudut vertikal dan horizontal dapat berbeda-beda
setiap pasien, dengan demikian untuk menghasilkan gambaran yang baik,
diperlukan operator yang terampil dan berpengalaman.
6. Tidak bisa mendapatkan gambaran dengan kondisi
dan posisi yang sama, pada gigi yan sama diwaktu yang berbeda, karena tidak ada
alat bantu yang dapat digunakan sebagai patokan.
7. Dapat terjadi cone cutting bila titik pusat sinar
x tidak tepat di pertengahan film.
8. Kesalahan penentuan sudut horizontal dapat
menyebabkan tumpang tindih mahkota dan akar antara gigi yang berdekatan.
9. Sulit mendeteksi karies proksimal, pada gambaran radiografis
mahkota gigi yang mengalami distorsi.
10. Gambaran radiografis
pada akar bukal gigi premolar dan molar rahang atas sering mengalami
pemendekan.
b) Radiografi Interproksimal / Bitewing
Suatu film radiografik intraoral dengan tangkai di
tengah tempat gigi-geligi beroklusi untuk menahan film pada posisinya. Film
digunakan untuk menghasilkan gambar dari mahkota baik gigi geligi mandibula
maupun maksila dengan tujuan utama mendiagnosa karies interproksimal dan
sekunder yang ada di balik restorasi yang sudah ada. (Ireland, 2015)
c) Radiograf Oklusal
Radiograf oklusal adalah radiografi Intraoral yang menempatkan film di
antara gigi-gigi yang saling beroklusi. Radiograf ini dibuat untuk
memperlihatkan gigi-gigi anterior atas (oklusal atas standar) atau gigi-gigi
posterior (oklusal oblik atas), atau gigi bawah (true occlusal bawah, oklusal
bawah 45 derajat, atau oklusal oblik bawah). (Ireland, 2015)
Klasifikasi Radiografi
Oklusal
a) Proyeksi
Oklusal Maksila
1) Upper
standard occlusal (standard occlusal)
Radiografi upper standard
(atau anterior) occlusal menunjukkan bagian anterior
dari maksila dan gigi anterior atas (Whaites 2007).
a) Indikasi
klinis utama radiografi upper standard occlusal, yaitu (Whaites
2007) :
(1) Pemeriksaan jaringan periapikal gigi anterior atas,
terutama pada anak-anak tetapi juga pada orang dewasa yang tidak bisa
mentoleransi holder periapikal.
(2) Mendeteksi adanya kaninus yang tidak erupsi, gigi
supernumerari dan odontoma.
(3) Sebagai midline
view, ketika menggunakan metode parallax untuk menentukan posisi
bukal/palatal dari kaninus yang tidak erupsi.
(4) Evaluasi
ukuran dan perluasan lesi seperti kista dan tumor pada anterior maksila.
(5) Pemeriksaan
fraktur gigi anterior dan tulang alveolar.
2) Upper
oblique occlusal (oblique occlusal)
Radiografi upper oblique occlusal menunjukkan
bagian posterior darimaksila dan bagian gigi posterior atas pada satu sisi
(Whaites 2007).
a) Indikasi klinis utama
radiografi upper oblique occlusal, yaitu (Whaites 2007) :
(1) Pemeriksaan
jaringan periapikal gigi posterior atas, terutama pada orang dewasa yang tidak bisa mentoleransi holder image
reseptor periapikal.
(2) Pemeriksaan dari
kondisi dasar antral.
(3) Membantu untuk menentukan posisi dari akar yang
dislokasi secara tidak sengaja ke antrum
selama pencabutan dari gigi posterior atas.
(4) Evaluasi ukuran dan
perluasan lesi seperti kista dan tumor atau lesi tulang yang lain yang berdampak
pada posterior maksila.
(5) Pemeriksaan fraktur gigi posterior dan tulang alveolar
yang berkaitan termasuk tuberositas.
3) Vertex
occlusal (vertex occlusal)
Radiografi vertex occlusal memperlihatkan
gambaran radiografik gigi
geligi rahang atas (dalam penampang oklusal) yang diambil dari atas.
Menggunakan dosis radiasi yang lebih besar karena melewati sejumlah
jaringan.
Menggunakan intraoral cassette yang berisi layar atau
pelindung
khusus untuk mengurangi dosis radiasi (Whaites 2007).
a) Indikasi klinis utama radiografi vertex
occlusal, yaitu (Whaites 2007) :
(1) Menentukan
posisi bukal atau palatal gigi yang tidak erupsi / impaksi.
b) Proyeksi Oklusal Mandibular
1) Lower
90o occlusal (true occlusal)
Radiografi lower 90o occlusal menunjukkan
gambaran rancangan dari
bagian penyangga gigi dari mandibula
dan dasar dari mulut (Whaites
2007).
a) Indikasi klinis utama
radiografi lower 90o occlusal, yaitu
(Whaites 2007) :
(1) Deteksi adanya radiopaque kalkulus dan posisinya dalam
ductus glandula salivarius submandibular.
(2) Pemeriksaan dari posisi bucco-lingual dari gigi pada
mandibula yang tidak erupsi.
(3) Evaluasi perluasan bucco-lingual dari badan mandibula
oleh kista, tumor dan lesi tulang lainnya.
(4) Pemeriksaan fraktur
pada anterior badan mandibula
pada horizontal plane.
2) Lower 45o occlusal (standard
occlusal)
Radiografi lower 45o occlusal menunjukkan
bagian anterior bawah gigi dan bagian anterior dari mandibular (Whaites 2007).
a) Indikasi klinis utama
radiografi lower 45o occlusal, yaitu
(Whaites 2007) :
(1) Pemeriksaan jaringan periapikal gigi incisor
bawah,terutama pada anak-anak dan orang dewasa yang tidak bisa mentoleransi
holder image reseptor periapikal.
(2) Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista dan
tumor yang berdampak pada bagian anterior dari mandibula.
(3) Pemeriksaan fraktur dari anterior mandibula pada
vertical plane.
3) Lower oblique occlusal (oblique occlusal)
Radiografi lower oblique occlusal
menunjukkan gambaran dari
glandula salivarius submandibular (Whaites 2007).
a) Indikasi klinis utama
radiografi lower oblique occlusal, yaitu (Whaites 2007) :
(1) Deteksi adanya radiopaque kalkulus dalam glandula salivarius
submandibular.
(2) Pemeriksaan dari posisi bucco-lingual dari gigi rahang
bawah yang tidak erupsi.
(3) Evaluasi perbesaran dan
perluasan bucco-lingual dari kista, tumor dan lesi tulang lainnya pada bagian posterior dari badan dan
sudut dari mandibula.
2.3.2 Teknik Radiografi Ekstraoral
Teknik radiografi ekstraoral digunakan
untuk melihat area yang luas pada
rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut pasien.
Foto Rontgen ekstraoral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto
panoramik, sedangkan macam lainnya adalah lateral foto, chephalometri dan
lain-lain (Whaites, 2007).
a) Teknik
Foto Rontgen Panoramik
Foto rontgen panoramik merupakan foto
rontgen yang paling umum digunakan dalam teknik foto rontgen ekstra oral. Foto
panoramik menghasilkan gambar yang memperlihatkan struktur facial termasuk
mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan
perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma (Hidayat,
2007).
· Radiografi Panoramik
Pengertian Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik
adalah suatu teknik untuk menghasilkan foto struktur wajah termasuk tulang
maksila, mandibula dan struktur-struktur pendukungnya seperti antrum maksila,
fossa nasalis, sendi temporomandibula, prosesus stiloideus, dan os. Hyoid
(Yunus, 2007).
Keuntungan dari Radiografi Panoramik (Yunus, 2007) :
· Menampakkan
struktur tulang wajah dan gigi secara luas
· Memberikan
dosis radiasi yang rendah terhadap pasien
· Memudahkan
pemeriksaan bagi pasien, dapat digunakan pada pasien yang tidak dapat membuka
mulut
· Waktu
yang dibutuhkan singkat hanya sekitar 3-4 menit.
Kekurangan dari Radiografi Panoramik (Yunus, 2007) :
· Menampakkan
struktur intraoral secara detail seperti pada gambaran radiografi periapikal,
termasuk dalam mendeteksi lesi karies yang kecil, struktur marginal
periodonsium dan penyakit periapikal.
· Dapat
memberikan pembesaran yang tidak sama dan gambaran yang distorsi.
Gambar 2.1 Anatomi radiografi Panoramik (Pasler FA dan Visser H., 2007)
b) Teknik
Lateral Foto rontgen
Teknik ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka,
diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka (Hidayat,
2007)..
c) Teknik
Postero Anterior
Teknik ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan
pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Dapat juga memberikan gambaran struktur
wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita
(Hidayat, 2007)..
d) Teknik
Antero Posterior
Foto rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila
dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung
(Hidayat, 2007)..
e) Teknik
Cephalometri
Digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit
dan kelainan pertumbuhan dan perkembangan. Foto ini dapat juga digunakan untuk
melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasalis, dan palatum keras
(Hidayat, 2007)..
f) Proyeksi
Waters
Foto rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus
ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan
rongga nasal (Hidayat, 2007)..
g) Proyeksi
Reverse-Towne
Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami
perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero
lateral pada maksila (Hidayat, 2007)..
h) Proyeksi
Submentovertex
Foto ini dapat digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisis kondilus, sinus
sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus
zigomatikus (Hidayat, 2007)..
2.4 Prinsip Umum Interpretasi Radiograf Kedokteran Gigi
Interpretasi radiograf kedokteran gigi secara umum hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip berikut ini (Supriyadi, 2012) :
1. Interpretasi radiograf hanya dilakukan pada radiograf dengan
characteristic image yang baik, baik visual characteristic(detail, contrast dan
density) maupun geometric characteristuc (magnification/unsharpness,distortion)
Seorang interpreter jangan sekali-kali melakukan interpretasi pada radiograf
dengan kualitas yang kurang baik karena akan mempengaruhi keakuratan
radiodiagnosisnya.
2. Sebuah radiograf gigi seharusnya dapat memberikan penilaian yang adekuat
terhadap area yang terlibat. Oleh karena itu jika suatu radiograf periapikal
tidak dapat menggambarkan keseluruhan batas-batas lesi, maka diperlukan
proyeksi radiograf yang lain, misalnya proyeksi oklusal, panoramik atau
pemeriksaan ekstraoral lainnya.
3. Kadang-kadang diperlukan suatu pemeriksaan radiografi pembanding,
misalnya:
a. Pemeriksaan radiografi kontralateralnya (sisi simetrisnya)
Pemeriksaan radiografi kontralateralnya sangat penting untuk memastikan apakah
gambaran radiagrafi kasus yang ditangani tersebut sesuatu yang normal ataukah
patologis
b. Pemeriksaan radiografi dengan angulasi (sudut penyinaran) yang
berbeda Pemeriksaan radiografi dengan angulasi yang berbeda dimaksudkan untuk
mengidentifikasi lokasi lesi; apakah berada lebih ke bukal atau ke
palatal/lingual. Pemeriksaan ini juga penting untuk memperjelas suatu objek
target yang dengan angulasi standar sering terjadi superimpose.
c. Perbandingan dengan pemeriksaan radiografi sebelumnya Pemeriksaan
radiografi sebelumnya ini sangat penting untuk mengetahui kecepatan
perkembangan dan pertumbuhan lesi. Pemeriksaan radiografi sebelumnya juga
penting untuk mengetahui tingkat penyembuhan sutau perawatan dan kemungkinan
ditemukannya adanya penyakit baru.
4. Pembacaan radiograf seharusnya dilakukan pada optimum viuwing
condition (viewing screen harus terang, ruangan agak gelap, suasana tenang,
area sekitar radiograf ditutup dengan sesuatu yang gelap disekitarnya sehingga
cahaya dari viuwer hanya melewati radiograf, menggunakan kaca pembesar dan
radiograf harus kering)
5. Seorang klinisi harus memahami:
a. Gambaran radiografi struktur normal (normal anatomic variation)
Pemahaman mengenai gambaran radiografi struktur normal dan variasinya ini
sangat penting agar pembaca dapat menilai gambaran radiografi yang tidak
normal.
b. Memahami tentang dasar dan keterbatasan radiograf gigi Khususnya pada
radiograf kedokteran gigi konvensional, harus disadari betul oleh pembaca atau
interpreter bahwa radiograf tersebut hanyalah merupakan gambaran 2 dimensi dari
obyek yang 3 dimensi. Gambaran radiografi juga terbentuk dari variasi gambaran
black/gelap, white/terang dan grey yang saling superimpose.
c. Memahami tentang teknik/proses radiografi Seorang interpreter juga harus
mengetahui dan menyadari bahwa proses radiografi kadang akan memberikan suatu
artifak pada radiograf.Hal ini jangan sampai oleh seorang klinisi/interpreter
tidak diketahui dan dianggap sebagai sebuah kelainan atau penyakit.
6. Pemeriksaan radiografi dilakukan dengan mengkuti systematic procedure
Penggunaan systematic procedure dalam interpretasi radiografi gigi dimaksudkan
agar interpretasi dapat logis, teratur dan terarah. Systematic procedure juga
dimaksudkan agar tidak ada satupun informasi yang hilang atau terlewatkan dalam
proses interpretasi. Systematic procedure ini begitu penting karena keakuratan
penegakkan diagnosis radiografi sangat ditentukan oleh kemampuan dalam menggunakan
systematic procedure.
2.5 Efek Samping Radiasi
Efek samping dari radiasi dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu efek
deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik didasarkan pada kematian
sel dan memiliki hubungan dengan dosis ambang. Apabila dosis yang diberikan
berada di bawah ambang batas maka tidak muncul efek klinis. Apabila dosis
paparan yang diberikan berada di atas ambang batas, maka keparahan kerusakan
meningkat sesuai dosisnya. Sedangkan efek stokastik adalah efek yang timbul
tanpa dipengaruhi besar dosis paparan (Woroprobosari, 2016).
2.5.1 Efek Stokastik Radiasi Sinar-X Dental
Efek stokastik adalah efek lain yang bisa
terjadi. Perkembangan kerusakan akibat efek stokastik muncul secara acak dan
bergantung pada probabilitas struktur radiosensitif pada kepala dan leher.
Struktur yang bersifat radiosensitif antara lain kelenjar tiroid, kelenjar
ludah, sumsum tulang (leukemia) dan otak. Selain itu embrio dan fetus juga
bersifat radiosensitif, dan kehamilan periode tertentu rawan terjadi resiko
kanker apabila terpapar radiasi (Woroprobosari, 2016).
a. Stokatik
Somatik
Efek stokastik somatik radiasi
sinar-x dental contohnya adalah jenis leukemia dan tumor tertentu. Efek
kerusakan tersebut terjadi setiap tubuh terkena paparan dosis radiasi pada
dosis berapapun. Paparan pada gigi secara khusus dikaitkan dengan meningioma,
tumor kelenjar ludah dan tumor tiroid. Studi yang telah dilakukan belum
memungkin untuk menetapkan dosis yang benar-benar aman. yaitu dosis batas yang
apabila paparan di bawah dosis tersebut efek stokastik tidak akan terjadi. Oleh
karena itu diasumsikan bahwa tidak ada dosis ambang pada efek stokastik, dan
bahwa setiap paparan radiasi pengion disertai dengan kemungkinan menginduksi
efek stokastik. Semakin rendah dosis radiasi, semakin rendah kemungkinan
kerusakan sel. Namun, tingkat keparahan kerusakan tidak berhubungan dengan
ukuran dosis yang diberikan (Woroprobosari, 2016).
b. Stokastik
Genetik
Mutasi dapat disebabkan oleh faktor
eksternal atau terjadi secara spontan. Mutasi dan kerusakan kromosom
kemungkinan diakibatkan oleh ketidakmampuan DNA untuk memperbaiki diri dan/atau
gen pengontrol kehilangan kendali proses proliferasi dan diferensiasi. Hal
inilah penyebab terjadinya keganasan. Radiasi sinar-X merupakan salah satu
faktor eksternal penyebab yang potensial. Radiasi dosis kecil yaitu 10-100 mSv,
meningkatkan laju latar kerusakan DNA sekitar 1% yang terjadi secara alamiah
(Woroprobosari, 2016).
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Radiografi di bidang kedokteran gigi mempunyai peranan penting dalam
memperoleh informasi diagnostik untuk penatalaksanaan kasus, mulai dari
menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan, menentukan prognosis, memandu
dalam perawatan, mengevaluasi, dan observasi hasil perawatan. Radiografi di
kedokteran gigi ada 2 macam yaitu radiografi intra-oral (film di dalam mulut)
dan radiografi ekstra-oral (film di luar mulut). Radiografi intra-oral adalah
radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya. Radiografi
ekstra-oral merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan
rahang dimana film berada di luar mulut. Radiografi ekstra-oral yang paling
sering digunakan dokter gigi adalah panoramik.
Radiasi sinar-X dental dimanfaatkan secara luas untuk menunjang
penentuan diagnosis, prognosis dan rencana perawatan suatu kelainan
rongga mulut. Akan tetapi, pemeriksaan tersebut tetap memiliki
efek samping akibat proses ionisasi yang ditimbulkan sinar-X.
3.2 Saran
Dari hasil pembahasan
dan kesimpulan dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya diperhatikan langkah-langkah melakukan foto
radiografi untuk mendapatkan hasil radiografi yang baik dan
jelas.
2. Sebaiknya mahasiswa klinik lebih meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang teknik-teknik serta mengintrepretasi foto
Rontgen gigi karena dental radiograf memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosa, merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan.
3. Dalam penggunaan radiasi, meskipun dosis radiasi dalam radiografi
rendah, bila memungkinkan paparan
radiasi harus diminimalkan. Dokter harus mempertimbangkan manfaat dari radiografi terhadap
meningkatnya konsekuensi paparan radiasi
pada pasien, yaitu efek
yang terakumulasi dari beberapa sumber dari waktu ke waktu. Dokter harus mengikuti prinsip-prinsip untuk
meminimalkan paparan radiasi.
REFERENSI
Ezpeleta Oscar Alonso, Gonzalez Jenifer Martin, Jimenez Milagros Martin,
Egea Juan Segura .2013. “Endodontik Treatment Failure Consecutive to
Unsistematic Radiographic Examinatio”n. OHDM;12 : p300-4
Ghom, A. G. 2008, Textbook Oral Radiology, Elsevier, India.
Hidayat, W. 2007, “Gambaran Distribusi Teknik Foto Rontgen Gigi Yang
Digunakan Di RSGM-FKG UNPAD”, Tesis, FKG Universitas Padjadjaran, Bandung.
Ireland, Robert. 2015. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC ,
hal 461
Margono Gunawan. 2013. Radiografi Intraoral. Jakarta: EGC;
2013, p. 35-42
Pasler FA, Visser H. 2007. Pocket atlas of dental radiology. New York : Georg Thieme Verlag p.30
Rasad, Sjariar. 2009. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI
Supriyadi
.2012. “Pedoman Interpretasi Radiograf Lesi-Lesi Di Rongga Mulut”,
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 9 No. 3 2012: 134 – 139
Walton Ric hard E,
Torabinejad Mahmoud. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. 3 ed.
Jakarta: EGC, p. 150-160
Whaites E. 2007, Essentials of Dental Radiography and Radiology, Ed.
Ke-4, Churchill Livingstone, London.
White Stuart. C, Pharoah Michael J. 2009. Oral Radilogy Principle
and Interpretation 6th ed. St Lois;Mosby Elsevier . P. 257-261, 343-4.
Woroprobosari,Niluh Ringga. 2016. “Efek Stokastik Radiasi Sinar-X Dental
Pada Ibu Hamil dan Janin”, ODONTO Dental Journal. Volume 3. Nomer 1. Juli
2016
Yunus, Barunatwaty . 2007. “Keterbatasan
Radiografi Panoramik Dalam Pengukuran Ketidaksimetrisan Mandibula”, Jurnal Dentofasial Vol.6 No.1 April 2007,Universitas
Hasanuddin
Hai Togel Lovers
BalasHapusada kabar gembira neh di Togel Pelangi
Saat ini ada Promosi Jackpot pasaran Singapore lho
Langsung diundi !!
Aman dan terpercaya lho
Cuma deposit 20ribu saja kamu bisa mengikuti permainan togel 6 pasaran dan permainan dd48 red blue
Bonus deposit untuk member baru
referal 1% berlaku seumur hidup Lho
Bermain di ponsel ? Bisa dong
Didukung Live chat 24 jam dengan siaga cepat dan fast respon
info kontak Dengan Live chat 24 jam
BBM :D8E23B5C
LINE :togelpelangi
What Apps :+85581569708
wechat :togelpelangi
Silahkan kunjungi website kami di
www.togelpelangi.com
togel online